A. Pengertian
kalimat efektif.
Kalimat efektif dipahami sebagai
kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami
oleh pembaca. Kalimat sangat penting dalam sebuah tulisan. Kalimat yang baik
mudah dipahami oleh pembaca.
Kalimat lengkap dan bukan fragmentaris.
Kalimat yang disusun hendaknya memiliki struktur kalimat bahasa Indonesia yaitu
S P O K/pel. Apabila struktur tersebut tidak dipenuhi, maka kalimat yang
disusun menjadi tidak lengkap strukturnya yang disebut kalimat yang
fragmentaris.
Kalimat efektif ialah kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau
penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan,
gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud sipembicara atau penulis.
Contoh:
- ira.
- ira belajar.
- ira belajar bahasa Indonesia.
- ira belajar bahasa Indonesia dikampus.
B. Ciri-ciri kalimat efektif
Ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut :
1.
Memiliki unsur penting atau pokok, minimal
unsur SP.
2.
Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3.
.Menggunakan diksiyang tepat.
4.
Menggunakankesepadanan antara struktur bahasa
dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
5.
Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang
dipakai.
6.
Melakukan penekanan ide pokok.
7.
Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
8.
Menggunakan variasi struktur kalimat
C.
Syarat-syarat kalimat efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah
sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran
pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama
tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca
atau penulisnya.
D. Struktur
kalimat efektif
Struktur
kalimat efektif haruslah benar. Kalimat
itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang
menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang
strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan
merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki
struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang
pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam
hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan
aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya
menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila
dikatakan:
1. Buat Papa menulis
surat saya.
2. Surat saya
menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat
buat Papa.
4. Papa saya buat
menulis surat.
5. Saya Papa buat
menulis surat.
6. Buat Papa surat
saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam
kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena
kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata
yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi
akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada
umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak
terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah
dibiasakan.
E.
Pengguaan kalimat efektif
1. Digunakan
pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis ,disertasi, laporanpenelitian,
dan sebagainya
2. Kalimat
efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.
F.
Persyaratan kalimat efektif secara formal
1. Kesepadanan
(koherensi)
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan
antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat
ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti
tercantum di bawah ini:
A. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat
dengan jelas.
Ketidak jelasan subjek atau predikat suatu kalimat
tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat
suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
B. Tidak
terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan
laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat
itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut
:
a.
Dalam
menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b.
Saat
itu bagi saya kurang jelas.
C. Kalimat
penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami
datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua
gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
c. Kakaknya membeli sepeda motor Honda,
sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau
Atau
d. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan
tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
D. Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah
kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop
Gunting.
2. Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk
kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan
dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua
bentuk itu.
Harga minyak
dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang
menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi
predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3. Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
A. Meletakkan
kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden
mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan
presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah
posisi kalimat.
B. Membuat
urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
C. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
D. Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4. Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti
harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan
di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan,
sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
A. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak
diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Hadirin serentak berdiri setelah
mengetahui bahwa presiden datang.
B. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia
memakai baju warna merah.
b. Di
mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna. Kata pipit sudah
mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
C. Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia
hanya membawa badannya saja.
b. Sejak
dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun
bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
D. Penghematan
dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5. Kecermatan
Cermati adalah kalimat yang dihasilkan tidak
menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti
cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan
diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini :
1. Hindari penanggalan awalan
2. Hindari peluluhan bunyi/ c /
3. Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan/ k /
yang tidak luluh
4. Hindari pemakaian kata ambigu
Contoh :
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima
ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna
ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna
ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu
rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
a. Yang diceritakan menceritakan tentang
putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
b. Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua
kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat
diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan
ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
A. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan
tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita
hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
B. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek +
agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya
kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak
menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya
kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
C. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan
sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek
penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain
interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
Seharusnya:
a.
Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah
ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7. Kevariasian
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak
belakang dengan repetisi. Repetisi atau pengulangan kata sebuah kata untuk
memperoleh efek penekanan, lebih banyak menekankan kesamaan bentuk. Variasi
tidak lain daripada menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahas agar tetap
terpelihara minat dan perhatian orang.
Macam-macam variasi :
a. Variasi Sinonim Kata
Variasi berupa penjelasan
yang berbentuk kelompok kata pada hakekatnya tidak merubah isi dari amanat yang
akan disampaikan.
Contoh : Dari renungan
itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran
yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh puisi.
b. Variasi panjang pendeknya kalimat
Struktur kalimat akan
mencerminkan dengan jelas pikiran pengarang, serta pilihan yng tepat dari
struktur panjangnya sebuah kalimat dapat member tekanan pada bagian-bagian yang
diinginkan.
c. Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk grametikal
yang sama dengan beberapa kalimat berturut-turut dapat menimbulkan kelesuan.
Sebaba itu haruslah dicari variasi pemakaian bentuk gramatikal.
8. Kelogisan
Kelogisan
ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki
hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
G. Kesalahan-kesalahan
dalam menyusun kalimat efektif :
a.
Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme
adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu.
Contoh :
Salah : Banyak
tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Benar : Banyak
tombol yang dapat Anda gunakan.
b.
Kontaminasi
Salah : Fitur
terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Benar : Fitur terbaru
Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
c.
Salah pemilihan kata
Salah : Saya
mengetahui kalau ia kecewa.
Benar : Saya
mengetahui bahwa ia kecewa.
d.
Salah nalar
Salah :
Bola gagal masuk gawang.
Benar :
Bola tidak masuk gawang.
e.
Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
Bahasa asing
Contoh :
Saya tinggal di Semarang
di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi
mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang
where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia
sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang
tempat ibu saya bekerja.
Bahasa daerah
Contoh :
Anak-anak sudah pada
datang.
Dalam bahasa Indonesia
sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
f.
Kata depan yang tidak perlu
Salah : Di program
ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Benar : Program ini
menyediakan berbagai fitur terbaru.
Ada beberapa hal yang
mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:
1. Kurang padunya
kesatuan gagasan.
2. Kurang ekonomis
pemakaian kata.
3. Kurang logis
susunan gagasannya.
4. Pemakaian
kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
5. Konstruksi yang
bermakna ganda.
6. Penyusunan
kalimat yang kurang cermat.
7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
SUMBER :
http://www.docstoc.com/docs/79011391/Kalimat-Efektif---DOC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar