Minggu, 06 April 2014

3 SAHABAT SEJATI


Senja yang dulu indah kini menjadi redup dan bulan yang dulu purnama kini perlahan berubah menjadi sabit. Seperti keadaan hati seorang  remaja yang meratapi kekosongan dan kehampaan hatinya karena ditinggal oleh sahabat yang selama ini setia menemaninya baik suka maupun duka. Dulu, waktu usiaku beranjak 12 tahun, aku mempunyai beberapa sahabat yaitu boby dan ayu. boby dan ayu  tinggal di Ciracas, JakartaTimur satu wilayah dengan ku. Mereka berdua adalah seorang remaja yang lugu dan sangat baik. Kami bersahabat sudah cukup lama, aku kenal boby dan ayu waktu kami sama-sama mendaftar di salah satu SMP di Jakarta. Setelah awal perkenalan itu,pertemanan kami berlanjut karena kami diterima di SMP itu. Kami selalu bertiga bagai amplop dan perangko yang tak dapat terpisahkan, itulah kami. Kami juga selalu satu kelas.


Setelah lulus SMP aku, bobi dan ayu  memutuskan untuk melanjutkan sekolah yang sama, hari pertama aku dan bobi menjalani ospek, tetapi ayu tidak dikarnakan menjaga ibunya yang sedang berbaring dirumah sakit. rasanya takut dan tegang menghantui kita berdua , tapi aku melihat seorang perempuan yang sangat perfeck di kantin sekolah, dia sangat manis apalagi pada saat aku melihatnya sedang tersenyum pada beberapa orang yang menyapanya, manis sekali senyumnya, disaat aku sedang asyik memperhatikan perempuan itu tanpa ku sadari didepanku ada salah seorang kakak senior yang sangat galak, upzzz…. Aku menabrak dia, dia marah-marah padaku meski aku telah minta maaf padanya, lupakan saja dia kita kembali pada perempuan yang aku lihat tadi, tapi aku mencari-cari kesekeliling kantin , perempuan itu sudah gak ada. Bobi hanya tertawa melihat tingkah lakuku. Huh… ini semua gara-gara keteledoranku, tapi gak apa-apa suatu hari nanti pasti aku dapat bertemu dengannya kembali karena aku yakin dia siswa di SMA ini. Aku dan bobi melanjutkan perjalanan kami ke kelas. Ospek pertama telah dimulai, ada beberapa kakak senior masuk kekelas tanpa ku sadari perempuan yang ku lihat di kantin sekolah tadi pagi ada didepan mataku. Aku senang sekali karena aku kembali bertemu dengannya walau dia tak ku kenal sama sekali.Aku mencari tau siapa sebenarnya perempuan  itu, dari beberapa orang yang aku tanya mereka mengatakan dia adalah siswa baru dari luar kota, namanya lindah, Cuma itu informasi aku dapatkan tentang dia, tapi udah cukup kok. Singkat cerita aku dan lindah menjadi tambah akrab tapi cuma sebatas teman. Yang tak pernah aku duga ternyata lindah naksir sama bobi, aku sedih banget karena dia adalah cinta pertamaku, tapi apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa, dan aku juga sempat kecewa pada bobi karena dia menerima lindah menjadi kekasihnya, bobi kan tau kalau aku suka sama lindah tapi kenapa dia tega padaku. Mungkin inilah nasibku, setelah kejadian itu persahabatan aku dan bobi menjadi renggang, aku jarang menyapanya dan sepertinya juga dia sekarang jarang ada waktu buat kita berdua sama-sama lagi seperti dulu. Lagi pula aku tak sekelas dengannya.

Waktu terus berputar, tanpa terasa tahunpun berganti. Akhir-akhir ini aku dan ayu melihat bobi tampak murung dan gak seperti biasanya yang sangat ceria. Walau aku belum bisa memaafkan bobi tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi. Ayu pun mengetahui sesuatu  dari berita yang beredar kalau bobi mengidap penyakit tumor yang bersarang diperutnya sejak beberapa tahun ini, sejak dokter memfonis penyakit itu bobi berubah menjadi anak yang pemurung dan pendiam. Aku dan ayu sangat merasakan perubahan itu, tapi setiap kali aku dan ayu bertanya dia tak pernah mau cerita dan jujur pada kita berdua. Menurutku dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan lama lagi. Seiring berjalannya waktu perut bobi makin membesar, aku belum percaya dengan apa yang temen-temen bilang padaku. Aku dan ayu mendesak bobi untuk menceritakan apa yang terjadi padanya, akhirnya bobi mau bercerita. Aku sempat terkejut mendangarnya sekaligus sedih bercampur dengan rasa kekecewaan, mengapa baru sekarang dia cerita semua itu padaku. Tapi mungkin karena aku tak sedekat dulu sama dia. Aku juga denger-denger dari yang laen bobi diputuskan lindah karena keadaan bobi dengan perut yang makin membesar. Aku sedih sekali, tapi dia pernah menghianati persahabatan yang telah lama kami bangun.bobi masih tetap sekolah, tapi lama kelamaan dia merasa kecil hati dan malu. Dengan kondisi tubuh yang semakin menurun, sampai akhirnya bobi dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede. Aku ,ayu dan teman-taman menjenguknya untuk memberikan semangat dan dukungan padanya agar bobi  gak semakin drop dan putus asa. Hanya sampai disitu saja kabar yang aku dengar tentang bobi, disatu sisi aku masih kecewa padanya tapi disisi lain aku juga mempersiapkan UN.

Pagi hari yang sangat gelap karena hujan turun begitu derasnya, aku  sedang duduk melamun memikirkan bagaimana keadaan bobi sekarang, tiba-tiba aku dikejutkan dengan ringtone handphoneku yang berbunyi dank u lihat dilayar hpku ternyata mamanya bobi memanggil, fikirku tumben tapi ada apa ya, kok pagi-pagi gini tante telfon aku. “halo assalamu’alaikum, bisa bicara dengan widodo?”, nada suara mama bobi tampak berat, sepertinya dia sedang menangis. “ii…aaa tante, ada apa kokpagi-pagi begini telfon widodo? Trus bagaimana kabar bobi tante?” tanyaku agak ragu, “bobi telah berpulang Ka” belum sempat aku mengucapkan turut berduka cita pada tante, tut…tut…tut…tut telfon tiba-tiba terputus. Aku menangis dan menyesali dengan semua yang terjadi, dihatiku tersirat penyesalan yang amat mendalam, aku terlalu jahat dan egois pada bobi dan gak pernah meluangkan waktu untuk menjenguk sahabatku sendiri yang menjalani hari-hari akhirnya sendirian, tanpa aku. “Maafkan sahabatmu ini .
Aku dan ayu datang ke rumah bobi untuk melihat dia terakhir kalinya dan mengucapkan bela sungkawa pada keluarga bobi. Setibaku disana aku melihat bobi terbaring kaku, dikelilingi orang-orang yang membaca yasin untuknya, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. “bobi…..” panggilku, “sudahlah Ka, relakanlah kepergian bobi, agar dia tenang di Alam sana” mama bobi ada disampingku, dan memberikan selembar kertas padaku, “ini dari bobi buat kamu, dia menulis pada saat kamu jarang menemuinya, tante tinggal dulu kebawah, makasih tante. Aku dan ayu minta maaf kalo selama ini kita berdua gak pernah menjenguk dia, aku dan ayu lagi UN tante,” kita berdua  menangis. “gak apa-apa kok tante ngerti, kamu ada masalah ya sama bobi?” tanya mama bobi, “eng…enggak kok tante, kami berdua baik-baik saja””ya udah jangan nangis lagi, tante ke bawah dulu ya” tante pun meninggalkan ku dan ayu di kamar bobi , aku melihat foto-foto yang ada dimeja samping tempat tidur, betapa lembutnya senyum bobi di foto itu. aku buka kertas ituperlahan-lahan, dan aku pun mulai membaca kata demi kata disurat itu.
Sebelumnya gue minta maaf atas kejadian kemaren”, bukan maksud gue untuk merebut lindah dari lo, tapi gue juga cinta dia dan gue juga udah putus ma dia, karena dia bukan perempuan yang baik.

Keesokan harinya Aku baru sadar ternyata bobi hari ini berulang tahun yang ke 17, aku dan ayu bermalam di rumah bobi, dan pagi-pagi kita berdua segera kebawah dan akan mengikuti pemakaman bobi. Sebenarrnya aku tak sanggup melihat makam itu, karena akan mengingatkanku akan kenangan” kami bertiga dulu, tapi aku coba untuk tegar untuk melangkahkan kaki menuju makamnya. Setelah pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku dan ayu di makam itu, sepi. Kita  menangis disamping nisan bobi, walau tersendat-sendat dan terbata karena kita berdua  nangis kita nyanyikan lagu happy birthday buat bobi, dan memandangi nisan yang ada dihadapanku saat ini, makam yang sunyi, aku masih menangis sendiri di makam bisu itu, sebelum pulang aku meninggalkan secarik kertas balasan surat bobi, walau mungkin tak akan pernah dibaca olehnya, tapi itulah kenangan terakhirku buat bobi.

By. Ramad widodo.... :) sahabat kau ayu dan bobi.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar