MAKALAH
Manusia
Sebagai Mahluk Yang Berbudaya
NPM
:
18111726
KELAS : 1KA18
Sistem Informasi
Ilmu
Komputer dan Teknologi Infomasi
UNIVERSITAS
GUNADARMA
A.T.A
2011 – 2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manusia Sebagai Mahluk
Yang Berbudaya”.Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada :
1. Bapak
Andi Tenrisukki Tenriajeng selaku dosen Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan
materi dan pengarahan dalam membuat makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa angkatan
3. Secara
khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan
dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis
berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamin.
Depok, Juni 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
COVER …….………………… i
KATA
PENGANTAR………..... ii
DAFTAR
ISI…………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1 Latar
belakang ………………
1
1.2 Tujuan
……………………… 2
1.3 Identifikasi
masalah ………… 2
1.4 Metode
Penulisan …………… 3
1.5 Sistematis
Penulisan …………. 3
BAB
II PEMBAHASAN ………… 4
2.1 Hakekat manusia dan budaya ……… 4
2.2 Substansi
utama kebudayaan (manusia bagian dari kebudayaan) … 7
2.3 Hubungan
manusia dan kebudayaan ……………………………… 8
2.4 Manusia sebagai mahluk yang berbudaya …………………………. 9
2.5 Fungsi akal
dan budi manusia dalam pengembangan budaya ……… 11
2.6 Memperlakukan
manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar … 13
2.7 Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan kebudayaan …… 14
2.8 Filosofi
manusia sebagai mahluk berbudaya di pulau Jawa……..15
BAB
III PENUTUP ....17
3.1 Kesimpulan …….17
3.2 Saran ……………17
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Kehidupan
manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia
sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia
dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan seimbang. Selain
itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik
bentuk yang dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam surat At-Tiin: 4 “Sesungguhnya
kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Dalam
ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia telah menjadikan manusia makhluk
ciptaan-Nya yang paling baik. badannya lurus ke atas, cantik parasnya,
mengambil dengan tangan apa yang dikehendakinya. bukan seperti kebanyakan
binatang yang mengambil benda yang dikehendakinya dengan perantaraan mulut.
Kepada manusia diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima
bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kepandaian, sehingga dapat berkreasi
(berdaya cipta) dan sanggup menguasai alam dan binatang.
Manusia
juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal
dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan
yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan
harmonis dan seimbang. Agar norma-norma tersebut berjalan haruslah manusia di
didik dengan berkesinambungan dari dalam ayunan hingga ia wafat, agar hasil
dari pendidikan yakni kebudayaan dapat diimplementasikan dimasyaakat.
Pendidikan
sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan
yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap
kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia
itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.Dengan demikian dapat
kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas
kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan
menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari
pendidikan suatu bangsa.
1.2 Identifikasi
masalah
Dalam
penyusunan makalah ini penulis mencoba mengidentifikasi beberapa pertanyaan
yang akan dijadikan bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini.
Diantaranya yaitu :
1. Bagaimana hakekat
manusia dengan budayanya ?
2. Apa yang dimaksud
dengan manusia dan budaya ?
3. Apa saja substansi
utama kebudayaan ?
4. jelaskan hubungan
manusia dengan budaya ?
5. Fungsi apa saja yang
mempengaruhi akal dan budi manusia dalam pengmbangan budaya ?
6.
bagaimana cara Memperlakukan manusia terhadap konsep budaya dasar ?
7. Apa saja
factor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan ?
8. Bagaimana
filosofi manusia dikebudayaan jawa ?
1.3 Tujuan
tujuan
dalam penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah ilmu budaya dasar, juga bertujuan sebagai berikut :
1. Memberikan
pengetahuan tentang manusia dan budaya.
2. Memahami
dan menghayati berbagai kenyataan yang diwujudkan oleh kebudayaan.
3. Dapat
mengkaji semua hubungan antara manusia dan kebudayaan.
4. mengetahui
hakekat manusia,mengerti tentang semua unsur-unsur kebudayaan.
1.4 Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode pustaka yaitu mencari
sumber-sumber dari buku-buku yang bersangkutan dalam penyusunan ini dan juga
dari internet.
1.5 Sistematis
Penulisan
Bab
I pendahuluan
Bab
ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan, metode
penyusunan dan sistematika penyusunan.
Bab
II Pembahasan
Bab ini membahas tentang isi dari makalah ini yaitu Manusia
Sebagai Mahluk yang Berbudaya.
Bab
III Penutup
Bab ini berupa penutup yang membahas kesimpulan dan saran
mengenai Manusia Sebagai Mahluk yang Berbudaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat manusia dan budaya
Manusia
mempunyai tingkatan yang lebih tinggi karena selain mampunyai sebagaimanaa
makhluk hidup di atas, manusia juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan
tindakannya yang kompleks melalui proses belajar yang terus-menerus. Selain itu
manusia diktakan pula sebagai makhluk budaya. Budaya diartikan sebagai pikiran
atau akal budi
Hakekat manusia dan budaya saling berkaitan
karena disetiap Negara yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Sehingga
manusia tidak lepas dari kebudayaan itu sendiri dan budaya itu harus
dilestarikan agar Negara tidak hancur. Tentu dengan gotongroyang antara
manusia, sehingga manusia disebut juga mahluk social. Dari situlah hakekat antara manusia dan
budaya terikat. Sehingga kita dapat mengartikan manusia dan budaya sebagai berikut
:
1.
Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata
“manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan,
manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan,
setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala
seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh
kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu
tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi
kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk
hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan
itu bersumber dari lingkungan.
Oleh
karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri,
hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan
sebagai berikut:
Siklus
Hubungan Manusia
Gambar di atas menggambarkan bahwa
lingkungan dan manusia atau manusia dan lingkungan merupakan hal yang tak
terpisahkan sebagai ekosistem, yang dapat dibedakan menjadi:
1.
Lingkungan alam yang befungsi sebagai
sumber daya alam
2.
Lingkungan manusia yang berfungsi
sebagai sumber daya manusia
3.
Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai
sumber daya buatan
2.
Budaya
Kata
budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan
rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan,
yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi
yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di
istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam
bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini
berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.
Definisi budaya dalam pandangan ahli
antropologi sangat berbeda dengan pandangan ahli berbagai ilmu sosial lain.
Ahli-ahli antropologi merumuskan definisi budaya sebagai berikut:
E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya
adalah: Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya
yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan Linton: 1940, mengartikan budaya
dengan: Keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan
kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
Adapun Kluckhohn dan Kelly: 1945
berpendapat bahwa budaya adalah: Semua rancangan hidup yang tercipta secara
historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada
pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia
Lain halnya dengan Koentjaraningrat: 1979
yang mengatikan budaya dengan: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.
Berdasarkan definisi para ahli tersebut
dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal terpenting dalam tindakan
manusia yang berkebudayaan. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka
kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar.
Dari kerangka tersebut diatas tampak jelas
benang merah yang menghubungkan antara pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya
lahir melalui proses belajar yang merupakan kegiatan inti dalam dunia
pendidikan.
Selain
itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
1.
wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud
pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran
masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup;
2.aktifitas
kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas
aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul
satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu
berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret;
3.Wujud
fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat.
2.2 Substansi utama kebudayaan (manusia bagian
dari kebudayaan)
Substansi
utama manusia sebagai mahluk budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup,
kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah
sistem pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup.
1. Sistem Pengetahuan
Para ahli menyadari bahwa masing-masing suku bangsa
di dunia memiliki sistem pengetahuan tentang:
1. Alam
sekitar
2. Alam
flora dan fauna
3. Zat-zat
4. Manusia
5. Sifat-sifat
dan tingkah laku sesama manusia
6. Ruang
dan waktu.
Unsur-unsur dalam pengetahuan inilah yang sebenarnya
menjadi materi pokok dalam dunia pendidikan di seluruh dunia.
2. Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia
untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk dijadikan
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat menentukan
sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau buruk, religius
atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia.Sesuatu dikatakan
mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai
estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Prof. Dr.
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:
1. Nilai
material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.
2. Nilai
vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan dan aktivitas
3. Nilai
kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.
3. Pandangan
Hidup
Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut
oleh suatu masyarakat dan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok atau
suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan
tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
2.3 Hubungan manusia dan kebudayaan
Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial),
maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan
kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa
setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of
discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan
sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia
dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan
kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya
tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah
diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki
hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu
adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu sebagai
1.
penganut kebudayaan,
2.
pembawa kebudayaan,
3.
manipulator kebudayaan, dan
4.
pencipta kebudayaan.
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki
sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang
memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan
induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena
perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan
politik dan gender,
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika
berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli.
Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan
kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang
datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar
budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
1.
Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan
terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan
menjadi satu dan saling bekerja sama.
2.
Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah
model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok
minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa
bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
3.
Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur
dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
4.
Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang
mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka
masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
2.4 Manusia sebagai mahluk yang berbudaya
Dari
penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
untuk mengelola bumi. Karena manusia diciptakan untuk menjadi khalifah,
sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah: 30
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.”
Oleh karena itu manusia harus
menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kekhalifahannya disamping
tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki. Masalah moral adalah yang
terpenting, karena sebagaimana Syauqi Bey katakan:
إنّما الأمم
الأخلاق مابقيت فإنهمو ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Artinya: “Kekalnya suatu bangsa
ialah selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musnah pulalah
bangsa itu”.
Akhlak dalam
syair di atas menjadi penyebab punahnya suatu bangsa, dikarenakan jika akhlak
suatu bangsa sudah terabaikan, maka peradaban dan budaya bangsa tersebut akan
hancur dengan sendirinya. Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya,
harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta
akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling
bersinergi, sebagaimana dilukiskan dalam bagan berikut:
Hommes
mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain
tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut.
Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya
masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena
perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat
asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh
masyarakat penerimanya.
Disinilah
peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk
dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam
ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan
yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap
kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan
norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
2.5 Fungsi akal
dan budi manusia dalam pengembangan budaya
Akal adalah
kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia. Berpikir
adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi
kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa fungsi akal adalah untuk berfikir. Kemampuan berfikir manusia mempunyai
fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya untuk
memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku.
Budi adalah
akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan sebagai batin
manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala
sesuatu.Jadi jelas bahwa fungsi akal dan budi manusia adalah menunjukkan
martabat manusia dan kemanusiaan sebagai pemegang amanah makhluk tertinggi di
alam raya ini.
Kegiatan-kegiatan
yang dipelajari itu merupakan salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat
secara keseluruhan. Didalamnya juga termasuk artefak dan berbagai kontruksi
proporsi kompleks yang terekspresikan dalam system symbol yang kemudian
terhimpun dalam bahasa. Melalui symbol-simbol itulah tercipta keragaman entitas
yang sangat kaya yang kemudian disebut sebagai obyek konstruksi cultural
sepoerti uang, system kenegaran, pernikahan, permainan, hukum, dan sebagainya,
yang keberadaannya sangat ditentukan oleh kepatuhan terhadap system aturan yang
membentuknya. System gagasan dan simbolik warisan sosial itu sangatlah penting
karena kegiatan-kegiatan adaptif manusia sedemikian kompleks dan beragam
sehingga mereka tidak bisa mempelajari semuanya sendiri sejak awal. Serta
manusia juga memiliki kemampuan daya sebagai berikut :
1.
Akal, intelegensia dan intuisi
Dengan kadar
intelegensia yang dimiliki manusia mampu belajar sehingga menjadi cerdas,
memiliki pengetahuan dan mampu menciptakan teknologi. Intuisi menurut Supartono
sering setengah disadari, tanpa diikuti proses berfikir cermat, namun bisa
menuntun pada suatu keyakinan.
2.
Perasaan dan
emosi
Perasaan
adalah kemampuan psikis yang dimiliki seseorang, baik yang berasal dari
rangsangan di dalam atau diluar dirinya. Emosi adalah rasa hati, sering
berbentuk perasaan yang kuat, yang dapat menguasai seseorang, tetapi tidak
berlangsung lama
3.
Kemauan
Kemauan
adalah keinginan, kehendak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Kemauan
dalam arti positif adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan hidup yang
dikendalikan oleh akal budi.
4.
Fantasi
Fantasi
adalah paduan unsur pemikiran dan perasaan yang ada pada manusia untuk
menciptakan kreasi baru yang dapat dinikmati.
5.
Perilaku
Perilaku
adalah tabiat atau kelakuan, merupakan jati diri seseorang yang berasal dari
lahir sebagai factor keturunan yang kemudian diwarnai oleh factor
lingkungannya.
Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah
produk manusia, namun manusia sendiri adalah produk kebudayaan. Peter L Berger
menyebutnya sebagai dialektika fundamental yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
1.
Tahap eksternalisasi, yaitu proses pencurahan diri
manusia secara terus menerus kedalam dunia melalui aktifitas fisik dan mental.
2.
Tahap obyektifitas, yaitu tahap aktifitas manusia
menghasilkan realita obyektif, yang berada diluar diri manusia
3.
Tahap internalisasi, yaitu tahap dimana realitas
obyektif hasil ciptaan manusia dicerap oleh manusia kembali.
Manusia sebagai makhluk budaya adalah
pencipta kebudayaan. Kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia didunia.
2.6 Memperlakukan
manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar
Berbagai cara untuk memanusiakan
manusia :
1.
Keadilan
Keadilan adalah
salah satu moral dasar bagi kehidupan manusia. Keadilan mengacui pada suatu
tindakan baik yang mesti dilakukan oleh setiap manusia.
2.
Penderitaan
Penderitaan
adalah teman paling setia kemanusiaan. Ini melengkapi cirri paradoksal yang
menandai eksistensi manusia didunia.
3.
Cintakasih
Cintakasih
adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai belas kasihan. Cinta
merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusi menemukan
bentuknya yang khas manusiawi
4.
Tanggungjawab
Tanggungjawab
adalah kwajiban melakukan tugas tertentu yang dasarnya adalah hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk yang mau menjadi baik dan memperoleh
kebahagiaan.
5.
Pengabdian
Pengabdian
diartikan sebagai perihal memperhamba diri kepada tugas-tugas yang dianggap
mulia
6.
Pandangan hidup
Pandangan
hidup berkenaan dengan eksistensi manusia didunia dalam hubungannya dengan
Tuhan, dengan sesame dan dengan alam tempat kita berdiam.
7.
Keindahan
Eksistensi
manusia didunia diliputi dan digairahkan oleh keindahan. Manusia tidak hanya penerima
pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.
8.
Kegelisahan
Kegelisahan
merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tenteram hati maupun
perbuatannya, merasa khawatir tidak tenang dalam tingkah laku, dan merupakan
salah satu ekspresi kecemasan.
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
kebudayaan
1. Discovery
dan invention
Discovery dan invention adalah pangkal tolak dalam
studi mengenai pertumbuhan dan perubahan kebudayaan, karena hanya dengan proses
inilah unsur yang baru dapat ditambahkan kepada keseluruhan kebudayaan manusia.Menurut
Linton, Discovery adalah setiap penambahan pada pengetahuan dan invention
adalah penerapan yang baru dari pengetahuan.
Basic invention dapat diterangkan sebagi suatu
peristiwa yang meliputi pemakaian prinsip baru atau kombinasi dari prinsip
baru. Basic disini mempunyai arti, bahwa ia membuka kemungkinan akan adanya
kemajuan dan menjadi dasar dari berbagai invention.
Improving invention Artinya adalah memperbaiki
penemuan yang telah ada
2. Difusi
kebudayaan
Difusi kebudayaan adalah proses penyebaran unsur
kebudayaan dari satu individu ke individu lain, dan dari satu masyarakat ke
masyarakat lain.Penyebaran dari individu ke individu lain dalam batas satu
masyarakat disebut difusi intramasyarakat. Sedangkan penyebaran dari masyarakat
ke masyarakat disebut difusi intermasyarakat. Difusi mengandung tiga proses
yang dibeda-bedakan:
1. Proses
penyajian unsur baru kepada suatu masyarakat
2. Penerimaan
unsur baru
3. Proses
integrasi
3. Akulturasi
Redfield, Linton, Herskovits:
Mengemukakan bahwa akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok – kelompok
manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan
kontak secara langsung dan terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan
dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada
kedua-duanya.
2.8 Filosofi
manusia sebagai mahluk berbudaya di pulau Jawa
Filosofi
budaya jawa mengajak siapapun untuk kembali menenggok jati diri, dan mempertanyakan
asal-usulnya di dunia. Seperti yang kita tahu, dalam kosmologi Jawa, manusia
berasal dari tirta sinduretno yang keluar saat pertemuan antara lingga yoni,
yang kemudian bersemayam di gua garba. Tirta sinduretno merupakan lambang air
mani atau sperma laki-laki.
Dalam
budaya Jawa, bertemuanya lingga dan yoni merupakan proses magis yang penuh
spiritualitas. Dalam mistisme Jawa, manusia tidak hadir sendiri di muka bumi,
melainkan berempat. Kita di bumi memiliki sedulur papat lima pancer yang merupakan
saudara empat kita, kelima diri kita sendiri. Sedulur papat lima pancer,
merupakan penghormatan pada orang tua, khususnya ibu yang sudah melahirkan kita
di muka bumi. Yang memberikan kasih sayang tiada habis-habisnya. Hitungan
pasaran yang berjumlah lima menurut kepercayaan Jawa, juga berdasar pada
filosofisedulur papat lima pancer. Filosofi sedulur papat lima pancer
mengandung pengertian bahwa badan manusia yang berupa raga, wadag, atau jasad,
lahir bersama empat unsur atau roh atau enima yang berasal dari tanah, air, api
dan udara. Empat itu masing-masing mempunyai kiblat di empat mata arah angin.
Dan yang kelima berpusat di tengah. Persamaan tempat kiblat sedulur papat lima
pancer bisa dilihat di bawah ini.
1. Pasaran
Legi bertempat di Timur. Satu tempat dengan unsur udara, memancarkan aura
putih.
2. Pasaran
Paing bertempat di Selatan. Salah satu tempat dengan unsur api, selalu
memancarkan aura sinar merah.
3. Pasaran
Pon. Bertempat di barat karena tempat dengan unsur air, memancarkan sinar
kuning.
4. Pasaran
Wage. Bertempat di utara, satu tempat dengan unsur tanah, selalu memancarkan
sinar hitam.
5. Kelima.
Yaitu Kliwon, bertempat di tengah. Merupakan tempat sukma atau jiwa berada.
Memancarkan sinar manca warna.
Dilihat
dari penangalan Jawa melalui filosofi sedulur papat lima pancer,dapat diketahui
betapa pentingnya pasaran Kliwon, karena berada di tengah atau pusat. Pusat
merupakan tempat sukma yang memancarkan perbawa atau pengaruh kepada sedulur
papat atau empat saudaranya. Satu peredaran keblat papat kalima pancer, dimulai
dari arah timur berjalan sesuai alur perputaran jam dan berakhir di tengah.
Jika dianalogikan, sedulur papat lima pancer seperti ibu yang sedang melahirkan
anaknya. Ketika seorang ibu hendak melahirkan kita, sebenarnya perasaan hati
dan badannya menahan kesakitan marmatrti,melalui dada. Kemudian lahir jabang
bayi dari rahimnya. Setelah itu kaluar ari-ari yang bersifat kuning, lalu
keluar darah yang bersifat merah dan tali pusar yang bersifat hitam. Marmarti,
ari-ari, darah dan tali pusar inilah yang kemudian dikenal sebagai keempat
saudara kita.
Memahami
manusia melalui sudut pandang mitologi Jawa, ternyata tidak hanya pada aspek
fisiologi, melainkan lebih dari itu. Dunia Jawa merupakan bentangan mistisme
dan mitologi yang penuh kearifan luhur. Namun ironisnya, segala tradisi
kebijaksanaan itu saat ini makin terkikis dan semakin hilang. Tugas kitalah
untuk terus menggali esensi yang ada dalam simbol-simbol tradisi Jawa, lalu
mentransformasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga jaman Kaliyuga yang
tengah melanda negeri kita bisa segera selesai.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan adalah salah satu istilah teoritis dalam
ilmu-ilmu sosial. Secara umum, kebudayaan diartikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Dari pembahasan diatas penyusun dapat simpulkan
bahwa manusia berhubungan erat dengan kebudayaan yang ada pada lingkungan
sekitarnya. Karena kebudayaan tersebut merupakan cara beradaptasi untuk
mengatur hubungan antar manusia sebagai wadah masyarakat menuju taraf hidup
tertentu.
Kebudayaan
berpengaruh dalam membentuk pribadi seseorang sehingga mengharuskan manusia
untuk mengikuti norma-norma yang ada pada budaya tersebut.
Dengan demikian, budaya patokan cara hidup manusia di
tempat dia berada. Selain itu dalam kebudayaan mengajarkan tentang keimanan.
3.2 Saran
Kita sebagai mahluk berbudaya semestinya
melestarikan budaya yang kita punya, jangan sampai budaya yang kita punya tidak
kita lestarikan dan sampai punah. Karena siapa lagi jika bukan kita penerus
bangsa yang melestarikan? Kita lestarikan baik-baik budaya yang telah kita
punya agar tidak diakui oleh bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Kluckhohn
C, dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, edisi ke-4, Rajawali
Pers, 1990
Linton,
R, A Study of Man, an introduction, Appleton Century-Croft. Inc., New York,
1936, hal 397
A.A.
Sitompul, Manusia dan Budaya, Jakarta: Gunung Mulia, 1993
Dp. Maas, Materi Pokok UT Antropologi Budaya,
Jakarta: Universitas Terbuka, 1985
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di
Indonesia, Jakarta: Jambatan, 1975
Franz
Magnis Suseno, Filsafat Kebudayaan Politik, butir-butir Pemikiran Kritis, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992, hal 29-30
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka: 1998), h. 558
makalah-ilmu-sosial-budaya-dasar-manusia-sebagai-makhluk-budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar